PEMATAHAN DORMANSI PADA BIJI AREN
KADEK SUDARTA
12542111000811
SEKOLAH TINGGI ILMU
PERTANIAN KUTAI TIMUR
SANGATTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr) sangat bermanfaat bagi kehidupan
masyarakat pedesaan karna hampir semua bagian tanaman dapat dimanfaatkan. Hasil
utama komoditi ini adalah nira, tepung, ijuk, sedangkan batang luar lidi
endosperm dan akar adalah bagian yang mempunyai manfaat sampingan untuk mendukung
kehidupan sehari-hari. Populasi aren di alam semakin berkurang karena
pohon-pohon aren yang ada umumnya sudah tuadan tidak produktif lagi, eksploitas
pohon-pohon aren terutama untuk pengambilan pati juga semakin luas dan kawasan
yang dahulu banyak ditumbuhi aren secara alami kini mulai terganggu akibat
pembukaan lahan oleh masyarakat, pembukaan lahan tersebut untuk lahan pertanian
atau peruntukan lainya. Satu upaya untuk memepercepat regenerasi tanaman aren
diperlukan teknik budidaya yang benar terutama dalam mengatasi masalah kulit
buah aren yang tergolong sebagai :benih keras” yang menyebabkan
berkecambah(apandi 2006)
Dormansi pada benih secara umum
dapat berlangsung selama beberapa hari, semusim, bahkan sampai beberapa tahun
tergantung pada jenis tanaman dan tipe dormansinya. Pertumbuhan tidak akan
terjadi selama benih belum melalui masa dormansinya atau sebelum di kenakan
suatu perlakuan khusus terhadap benih tersebut. Salah satu perlakuan khusus
untuk mematahkan masa dormansi benih aren bisa dilakukan perlakuan fisik.
Perlakuan fisik yang biasa dilakukan
yaitu dengan skarifikasi benih yaitu dengan menggikis punggung benih dengan
menggunakan kertas amplas Diharapkan dengan perlakuan tersebut dapat mengurangi
ketebalan kulit biji yang disebabkan oleh sel-sel berupa palisade yang
berdinding tebal. Perlakuan fisik skarifikasi dengan kertas amplas menghasilkan
daya kecambah terbanyak yaitu 46,96% bila di bandingkan dengan tanpa perlakuan
skarifikasi (saleh 2004).
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan Praktikum ini adalah dapat mengetahui
cara mematahkan masa dormansi dari benih aren
1.3. Manfaat Praktikum
Manfaat Praktikum ini adalah mahasiswa
dapat mengetahui cara mematahkan dormansi dari benih aren dengan perlakuan
skarifikasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Klasifikasi Tanaman Aren
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi :
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas :
Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Genus :
Arenga
Spesies : Arenga pinnata Merr
2.2. Morfologi Tanaman
Aren
1. Batang
Berbatang lurus, tinggi, dan kolumnar. Daun palmately
atau pinnately membentuk tajuk dari batang kokoh yang tidak bercabang, dasar petioleluas,berpelepah,danberserat
batangnya yang menunjang. Berdasarkan sifat internal dan eksternalnya, tipe
batang Arenga pinnata termasuk ke dalam jenis pohon. Menurut Mulyani (2006),
struktur umum yang dimiliki pada batang, pada bagian luar terdapat epidermis
yang ditutupi oleh bahan lemak alam yang sangat tahan air (kutin). Lapisan
kutin disebut dengan kutikula. Pada Arenga pinnata, kutikulanya cukup tebal,
bersifat kedap air dan gas (impermeabel). Bagian sebelah dalam epidermis terdapat
korteks yang terdiri dari jaringan parenkim, kolenkim, dan sklerenkim. Di
sebelah dalam korteks terdapat silinder pusat yang berisi jaringan pembuluh
tersusun yang biasa disebut ikatan pembuluh (berkas pengangkut)
2. Daun
Daun menyirip dengan panjang 6- 10 m, tangkai daun
1-1,5 m dengan pelepah daun pada pangkalnya. anak daun bentuk Janset, menyirip,
pangkal membulat, ujung runcing, tepi rata, tangkai pendek, hijau muda-tua
berkelamin tunggal, bentuk tongkol
3. Bunga
Perbungaan berumah satu, tumbuh di antara ketiak daun,
merunduk kadang-kadang lebih dari 2 m panjangnya bunga betina ada di ujung dan
bunga jantan tumbuh di bagian bawah batangnya. diketiak daun : bunga jantan dan
betina menyatu pada tongkol, daun kelopak tiga, bulat telur, benang sari banyak,
kepala sari bentuk jarum, bunga betina bulat, bakal buah tiga, putik tiga,
putih, mahkota berbagi tiga, kuning keputih-putihan
4.
Buah
Buahnya
seperti buah batu, bulat sampai bulat telur dengan panjang 5-8 cm, berdaging,
terdiri dari 2 - 3 biji, hitam.
2.3. Syarat Tumbuh
Tanaman aren
sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus (Hatta-Sunanto, 1982)
sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat, berlumur dan berpasir, tetapi aren tidak tahan pada tanah yang kadar
asamnya tinggi (pH tanah terlalu asam).
Aren dapat tumbuh pada
ketinggian 9 – 1.400 meter di atas
permukaan laut. Namun yang paling baik pertumbuhannya pada ketinggian 500 – 800
meter di atas permukaan laut dengan curah hujan lebih dari 1.200 mm setahun
atau pada iklim sedang dan basah menurut Schmidt dan Ferguson.
2.4. Pengertian Dormansi Benih
Benih dikatakan dorman apabila benih
tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada
keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu
perkecambahan. Atau Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami
organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak
mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi
atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat
mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi. Banyak biji tumbuhan budidaya
yang menunjukkan perilaku ini. Penanaman benih secara normal tidak menghasilkan
perkecambahan atau hanya sedikit perkecambahan. Perlakuan tertentu perlu
dilakukan untuk mematahkan dormansi sehingga benih menjadi tanggap terhadap
kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan.
2.4.1. Tipe Dormansi
Beberapa tipe dormansi, yaitu
dormansi fisik dan dormansi fisiologis.
1. Dormansi Fisik
Tipe dormansi ini yang menyebabkan
pembatas struktural terhadap perkecambahan adalah kulit biji yang keras dan
kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas pada
berbagai jenis tanaman. Yang termasuk dormansi fisik adalah:
a. Impermeabilitas kulit biji
terhadap air
Benih-benih
yang menunjukkan tipe dormansi ini disebut benih keras contohnya seperti pada
famili Leguminoceae, disini pengambilan air terhalang kulit biji yang
mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-sel berupa palisade yang berdinding
tebal, terutama dipermukaan paling luar dan bagian dalamnya mempunyai lapisan
lilin. Di alam selain pergantian suhu tinggi dan rendah dapat menyebabkan benih
retak akibat pengembangan dan pengkerutan, juga kegiatan dari bakteri dan
cendawan dapat membantu memperpendek masa dormansi benih.
b. Resistensi mekanis kulit biji
terhadap pertumbuhan embrio
Pada
tipe dormansi ini, beberapa jenis benih tetap berada dalam keadaan dorman
disebabkan kulit biji yang cukup kuat untuk menghalangi pertumbuhan
embrio. Jika kulit ini dihilangkan maka embrio akan tumbuh dengan segera.
Tipe dormansi ini juga umumnya dijumpai pada beberapa genera tropis
seperti Pterocarpus, Terminalia, Eucalyptus, dll ( Doran, 1997).
Pada tipe dormansi ini juga didapati tipe kulit biji yang biasa dilalui oleh
air dan oksigen, tetapi perkembangan embrio terhalang oleh kekuatan mekanis
dari kulit biji tersebut. Hambatan mekanis terhadap pertumbuhan embrio dapat
diatasi dengan dua cara mengekstrasi benih dari pericarp atau kulit biji.
c. Adanya zat penghambat
Sejumlah
jenis mengandung zat-zat penghambat dalam buah atau benih yang mencegah
perkecambahan. Zat penghambat yang paling sering dijumpai ditemukan dalam
daging buah. Untuk itu benih tersebut harus diekstrasi dan dicuci untuk
menghilangkan zat-zat penghambat.
2. Dormansi fisiologis (embrio)
Penyebabnya
adalah embrio yang belum sempurna pertumbuhannya atau belum matang. Benih-benih
demikian memerlukan jangka waktu tertentu agar dapat berkecambah (penyimpanan).
Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari kurun waktu beberapa hari sampai
beberapa tahun tergantung jenis benih. Benih-benih ini biasanya ditempatkan
pada kondisi temperatur dan kelembaban tertentu agar viabilitasnya tetap
terjaga sampai embrio terbentuk sempurna dan dapat berkecambah.
2.5. Cara-Cara Mematahkan Dormansi Benih
1. Perlakuan Mekanis
a. Skarifiaksi
Skarifikasi
mencakup cara-cara seperti mengikir atau menggosok kulit biji dengan kertas
empelas, melubangi kulit biji dengan pisau, perlaukan impaction (gocangan)
untuk benih-benih yang memiliki sumber gabus. Dimana semuanya bertujuan untuk
melemahkan kulit biji yang keras, sehingga lebih permeabel terhadap air atau
gas.
b. Tekanan
Benis-benih
dari sweet clover (Melilotus alba) dan alfafa (Medicago sativa) setelah diberi
perlakuan dengan tekanan hidraulik 2000 atm pada 180C selama 5-20 menit
ternyata perkecambahannya meningkat sebesar 50-200%. Efek tekanan terlihat
setelah benih-benih tersebut dikeringkan dan disimpan, tidak diragukan lagi
perbaikan perkecambahan terjadi disebabkan oleh perubahan permeabilitas kulit
biji terhadap air.
2. Perlakuan Kimia
Perlakuan
dengan menggunakan bahan-bahan kimia sering pula dilakukan untuk memecahkan
dormansi benih. Tujuannya adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah
dimasuki oleh air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam
sulfat dan asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi
lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah. Bahan kimia lain yang
juga sering digunakan adalah: potassium hydroxide, asam hidrochlorit, potassium
nitrat, dan thiourea. Disamping itu dapat pula digunakan hormon tumbuh untuk
memecahkan dormansi pada benih, antara lain adalah : cytokinin, gibberellin dan
auxin.
3. Perlakuan Perendaman dengan Air
Beberapa
jenis benih terkadang diberi perlakuan perendaman di dalam air panas dengan
tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih. Prosedur yang umum digunakan
adalah sebagai berikut : air dipanaskan sampai 1800 – 2000F, benih
dimasukkan ke dalam air panas tersebut dan biarkan sampai menjadi dingin,
selama beberapa waktu.
4. Perlakuan Pemberian Temperatur
Tertentu
a. Stratifikasi
Selama
stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat
menghilangnya bahan-bahan penghambat pertumbuhan atau terjadi pembentukan
bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan.Benih-Benih yang memerlukan
stratifikasi selama waktu tertentu sebelum tanam yaitu : apel, anggur, pear,
peach, pinus, rosa, strawberry, oak, cherry, dan lain-lain. Kebutuhan
stratifikasi berbeda untuk setiap jenis tanaman.
Temperatur
tinggi jarang digunakan untuk memecahkan dormansi benih, kecuali baru kelapa
sawit. Biasanya temperatur tinggi malah meningkatkan dormansi benih daripada
memperbaiki perkecambahnnya.
b. Perlakuan dengan Temperatur
Tinggi dan Rendah
Keadaan
dormansi pada beberapa benih dapat diatasi dengan pemberian efek dari
temperatur rendah dan agak tinggi. Tetapi temperatur ekstrim dari
perlakuan ini tidak boleh berbeda lebuh dari 100 atau 200C , pada umumnya
berada diatas dari titik beku.
5. Perlakuan dengan Cahaya
Cahaya
tidak hanya mempengaruhi persentase perkecambahan benih, tetapi juga laju
perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang
diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari
2.5.
Teknik Budidaya
A. Pengumpulan dan Pemilihan Biji.
Tanaman
aren dapat diperbanyak secara generatif (dengan biji). Dengan cara ini akan diperoleh bibit tanaman dalam jumlah
besar, sehingga dapat dengan mudah mengembangkan (membudidayakan) tanaman aren
secara besar-besaran.
Langkah
yang perlu dilakukan dalam pengumpulan dan pemilihan biji adalah sebagai berikut : Pengumpulan
buah aren yang memenuhi persyaratan. Berasal dari pohon aren yang pertumbuhannya sehat,
berdaun lebat. Buah aren masak benar (warna kuning kecoklatan dan daging buah
lunak). Buah berukuran besar (diameter minimal 4 cm). Kulit buah halus (tidak
diserang penyaklit). Keluarkan biji aren buah yang telah dikumpulkan dengan membelahnya.
Yang
perlu diperhatikan dalam pengumpulan biji adalah bahwa buah aren terkandung
asam oksalat yang apabila mengenai kulit kita akan menimbulkan rasa sangat
gatal. Oleh Karen itu perlu perlu dilakukan pencegahan antara lain dengan cara
: Memakai
sarung tangan apabila kita sedang mengambil biji dari buahnya. Hindari agar
tangan kita tidak menyentuh bagian tubuh lain, ketika mengeluarkan biji-biji
aren tersebut dari buahnya.
Cara lain untuk mencegah agar tidak terkena
getah aren ketika kita sedanga mengeluarkan bijinya dari buah yaitu dengan
memeram terlebih dahulu buah-buah aren yang sudah tua sampai membusuk.
Pemeraman dapat dilakukan dengan memasukan buah aren de dalam kotak kayu dan
ditutup dengan karung goni yang selalu dibasahi. Setelah ± 10 hari, buah aren
menjadi busuk yang akan memudahkan pengambilan biji-bijian.
B. Pembibitan
Pengadaan
bibit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu bibit dari permudaan alam dan bibit
dari hasil persemaian biji.
Proses
pembibitan secara alami dibantu oleh binatang yaitu musang. Binatang tersebut
memakan buah-buahan aren dan bijinya dan bijinya keluar secara utuh dari
perutnya bersama kotoran. Bibit tumbuh tersebar secara tidak teratur dan
berkelompok. Untuk menanamnya
dilapangan, dapat dilakukan dengan mencabut secara putaran (bibit diambil bersama-sama
dengan tanahnya) Pemindahan bibit ini dapat langsung segera ditanam di lapangan
atau melalui proses penyapihan dengan memasukan anakan dke dalam kantong plastic
(polybag) selama 2-4 minggu
Untuk
mendapatkan bibit dalam jumlah yang besar dengan kualitas yang baik, dilakukan
melalui pengadaan bibit dengan persemaian. Proses penyemaian biji
aren berlangsung agak lama. Untuk mempercepatnya dapat dilakukan upaya
perlakuan biji sebelum disemai yaitu : Merendam biji dalam larutan HCL dengan kepekatan
95 % dalam waktu 15 – 25 menit. Meredam biji dalam air panas bersuhu 50º selama 3
menit. Mengikir biji pada bagian dekat embrio. Media penyemaian dapat
dibuat dengan kantong plastic ukuran 20 x 25 cm yang diisi dengan kompos, pasir
dan tanah 3 : 1 : 1 dan lubangi secukupnya pada bagian bawahnya sebagai saluran
drainase. Biji-biji yang telah diperlakukan tersebut dimasukan kedalam kantong
plastic tersebut sedalam sekitar ¾ bagian biji di bawah permukaan tanah dengan
lembaga menghadap ke bawah dengan posisi agak miring. Untuk mencapai bibit siap
tanam di lapangan (ukuran = 40 cm) diperlukan waktu persemaian 12 – 15 bulan.
Pemeliharaan
bibit di persemaian dilakukan dengan cara : Penyiraman 2 kali sehari,
pagi jam 08.00 – 09.00 dan sore hari jam 15.00 – 16.00. Penyiangan persemaian
yaitu menghilangkan rumput-rumput pengganggu. Pemberantasan hama dan
penyakit, apabila ada gejala serangan hama dan penyakit.
C. Penanaman
Teknik
penanaman aren dapat dilakukan dengan sistim monokultur atau dengan sistim
agroforestri/tumpangsari. Dengan sistim monokultur terlebih dahulu dilakukan
pembersihan lapangan dari vegetasi yang ada (land clearing) dan pengolahan
tanah dengan pembajakan atau pencangkulan serta pembuatan lubang tanaman.
Pembuatan lubang tanaman dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm dan jarak
antar lubang (jarak tanam) 5 x 5 m atau 9 x 9 m. untuk mempercepat pertumbuhan
pada lubang tanaman diberi tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang,
urea, TSP, sekitar 3 – 5 hari setelah
lubang tanaman disiapkan, baru dilakukan penanaman. Bibit yang baru ditanam,
sebaiknya diberi naungan atau peneduh. Sistim agroforestri/tumpangsari, ini dapat
dilakukan dengan menamai bagian lahan yang terbuka yaitu diantara kedua tanaman
pokok dengan tanaman penutup tanah seperti leguminose atau tanaman palawija
D. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman aren meliputi: Hama dan
penyakit pohon aren belum terlalu banyak di ketahui. Namun sebagai langkah
pencegahan dapat didekat dengan mengetahui hama dan penyakit yang biasa
menyerang jenis palmae yang lain seperti kelapa, kelapa sawit dan sagu.
Hama
pada tanaman jenis Palmae antara lain berupa kumbang badak (Oryctes thinoceros),
kumbang sagu (Rhinochophorus ferrugineus(, belalang (Sexava spp). Hama lain
untuk pohon aren ini adalah pengisap nira dan bunga seperti lebah, kelelawar
dan musang.
Pengendalian
hama dapat dilakukan dengan cara : Mekanis, yaitu pohon-pohon aren yang mendapat
serangan hama ditebang dan dibakar. Kimiawi, yaitu dengan penyemprotan pestisida
tertentu seperti Heptachlor 10 gram, Diazonin 10 gram dan BHC. Jenis penyakit
yang sering menyerang pohon aren di persemaian adalah bercak dan kuning pada
daun yang disebabkan oleh Pestalotia sp., Helmiathosporus sp. penanggulangan
penyakit ini dapat dilakukan dengan fungisida seperti Dithane N-45, Delsene NX
200.
E. Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk merangsang
pertumbuhan pertumbuhan agar lebih cepat. Pemupukan dilakukan pada tanaman
berumur 1 -3 tahun dengan memberikan seperti pupuk urea, NPK, pupuk kandang dan
KCL yang ditaburkan pada sekeliling batang pohon aren yang telah digemburkan
tanahnya.
F. Panen
Pembersihan
tongkol. Ijuk yang ada disekitar tongkol bunga disingkirkan agar tidak
mengganggu proses penyadapan. Pelepah daun sebanyak 1 sampai 2 buah di atas dan
di bawah pelepah juga dibuang. Pemukulan tongkol. Setelah pembersihan, tongkol
bunga jantan diayun-ayun dan dipukul-pukul secara ringan tanpa menyebabkan
tongkol luka dan memar. Pemukulan dilakukan sekali 2 hari pada pagi dan sore
hari selama 3 minggu. Pemukulan dilakukan 250 kali setiap kali dilakukan
pemukulan. Penentuan kesiapan tongkol disadap. Setelah itu, tongkol dimana
untaian bunga melekat ditoreh, jika torehan mengeluarkan cairan nira, berarti
tongkol sudah siap untuk disadap. Jika tidak mengeluarkan nira, proses
pengayunan dan pemukulan harus dilanjutkan. Persiapan penyadapan Bumbung yang
akan digunakan untuk penyadapan dicuci sampai bersih. Bagian dalam bumbung
disikat dengan penyikat bertangkai panjang. Setelah itu bumbung dibilas dengan
air mendidih, dan diasapi dalam keadaan terbalik dengan asap tungku. Untuk
memudahkan penyadapan, pada pohon dipasang tangga dari bambu yang digunakan untuk
memanjat pohon.
Jika tongkol
sudah siap untuk disadap, tongkol dipotong pada bagian yang ditoreh untuk
penentuan kesiapan tongkol disadap. Di bawah luka pada bagian tongkol yang
dipotong, diletakkan bumbung. Ke dalam bumbung dimasukkan kapur sirih satu sendok
makan, dan 1 potong kulit manggis (berukuran 3×3 cm), atau potongan akar
wambu (sebesar jari kelingking). Bumbung ini diikatkan secara kuat pada pohon. Penyadapan berlangsung selama 12
jam. Bumbung yang telah terisi nira diturunkan. Setiap kali penyadapan
diperoleh 3-6 liter nira.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Jum’at tanggal 9 Mei 2014 sampai 3 juni 2014, bertempat di rumah masing-masing
3.2. Alat dan Bahan
Adapun Alat dan Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini yaitu diantaranya: wadah, amplas, buah aren,
air, media tanam.
3.3. Cara Kerja
a. Pisahkan
antara buah aren dengan biji aren lalu pilih biji yang bagus dan sehat bebas
dari hama dan penyakit.
b. Cuci
bersih biji aren tersebut dengan air bersih lalu kering anginkan
c. Cari
bagian ombrio/titik tumbuh yang ada pada biji aren tersebut dengan cara mencari
titik semu yang ada pada biji, biasanya terdapat pada bagian punggung tengah,
kiri dan kanan.
d. Ampals
bagian titik tumbuh trsebut, pengamplasan dilakukun jangan sampai mengenai
bagian endosperm.
e. Cuci
bersih biji tersebut dengan larutan fungisida
3.4. Parameter
Pengamatan
a. kecepatan perkecambahan (hari)
perkecepatan
perkecambahan dihitung dengan menghitung dari waktu yang diperlukan untuk
munculnya plumula suatu benih dari awal sampai masa periode perkecambahan
berakhir, yaitu pada saat tidak ada biji yang tidak mau berkecambah lagi.
Kecepatan perkecambahan dihitung dengan rumus atau persamaan berikut:
Rata-rata hari =
Keterangan:
N= Jumlah benih yang berkecambah
pada satuan waktu
T=Menunjukan jumlah waktu antara
awal pengujian sampai dengan akhir dari
interval tertentu suatu pengamatan yakni masa periode perkecambahan
berakhir.
b. Index vigor
Index
vigor dihitung dengan menghitung dari hari yang diperlukan untuk berkecambah
dengan banyaknya jumlah benih yang berkecambah.
Rumus:
Keterangan:
IV= Indeks Vigor
G= jumlah benih yang berkecambah
pada hari tertentu
D= waktu yang bersesuaian dengan
jumlah tersebut
N= jumlah hari pada penghitungan
terakhir
c. Presentasi kecambah (%)
presentasi
kecambah adalah pemunculan kecambah di atas permukaan tanah yang merupakan
faktor yang mencerminkan vigor suatu bibit. Untuk mengetahui perlakuan yang
dapat meningkatkan vigor, di lakukan pengamatan terhadap kecambah yang mampu
muncul di atas permukaan tanah dari
sejumlah benih yang di kecambahkan. Persentase perkecambahan di hitung pada hari
ke 24 hari setelah semai.
Rumus= kecambah %=
d.
Volume Kecambah(ml)
Volume kecambah di hitung pada saat
benih berumur 24 HSS di ukur dengan menghitung penambahan air setelah bibit
dimasukkan ke dalam gelas erlemeyer.
e.
Penjang axis embrio (cm)
Pajang akar tunggal diukur dari
leher akar sampai ujung akar, pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 24
hari setelah semai (HSS).
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1. Kecepatan
Perkecambahan (hari)
Rata-rata hari =
=
= 23 hari
Jadi
dari data di atas maka dapat di simpulkan bahwa dari 30 biji aren yang di uji
dengan dilakukan perlakuan fisik yaitu dengan skarifikasi hanya terdapat satu
(1) benih biji aren yang tumbuh yaitu pada hari ke 23. Dan 29 benih biji aren
yang lain tidak mengalami pertumbuhan hal ini di karenakan oleh faktor yang
pertama waktu yang di perlukan untuk perkecambahan masih cukup lama, ke dua,
pengamplasan kulit biji terlalu dekat dengan bagian embrio yang mengakibatkan
biji aren tersebut mudah terserang patogen dan membusuknya benih aren tersebut.
Ke tiga media semai, Benih yang disemai pada
media campuran tanah dan kompos banyak yang terserang cendawan yang
mengakibatkan benih busuk atau mati, terutama benih yang diperlakukan deoperkolasi.
Kompos yang digunakan adalah kompos yang berasal dari dekomposisi pupuk kandang,
sehingga banyak mengandung cendawan dan bakteri. Embrio benih yang sudah terbuka
mengandung senyawa-senyawa metabolit sebagai sumber bahan makanan bagi mikroorganisme,
sehingga mudah terserang cendawan di pesemaian (Rofik dan Murniati 2008).
Penelitian Rofik dan Murniati (2008) tersebut menyimpulkan bahwa media semai
yang paling baik digunakan untuk perkecambahan benih aren mereka yang berkulit
keras adalah campuran media pasir dan arang sekam, Ke empat benih aren tersebut
tergolong sebagai benih keras. Murniati (2008)),
benih aren diberi perlakuan deoperkulasi (metode skarifikasi tepat pada posisi
embrio) yaitu dengan cara dilukai/diampelas/mengikis/dilubangi pada bagian
punggung biji dekat posisi embrio/calon tunas selebar kurang lebih 5 mm
menghasilkan perkecambahan sebesar 60,67% setelah 33 minggu setelah semai (MSS).
Maka dapat di peroleh rata-rata kecepatan
perkecambahan benih biji aren yaitu 23 hari.
4.2. Indeks Vigor (IV)
Rumus:
= 23
Jadi
dari data indeks vigor di atas maka dapat di simpulkan bahwa dari 30 benih biji
aren yang dilakukan perlakuan fisik yaitu secara skarifikasi terdapat satu (1)
benih biji aren yang tumbuh yaitu pada hari ke 23. Dan 29 benih lainya yang di
uji tidak mengalami pertumbuhan di karenakan mati dan membusuk, Maka dapat di
peroleh indeks vigor pada benih aren yaitu 23.
4.3. Presentase Perkecambahan (%)
Rumus= kecambah %=
=
= 3,3 %
Jadi
dari data presentase kecembah di atas maka dapat di simpulkan bahwa presentase
kecambah biji aren pertumbuhannya kurang baik, dari 30 biji aren yang di uji
hanya terdapat 1 (satu) benih yang tumbuh yaitu pada hari ke 23 dan presentase
kecembahnya pada benih aren adalah 3,3 %
4.4. Volume Kecambah (ml)
Volume : 150-110
= 40
Jadi
menurut data volume kecambah di atas maka dapat di simpulkan volume air awal
pada benih aren yang dilakukan perlakuan fisik yaitu dengan skarifikasi benih
adalah 150 ml, setelah 24 hari setelah tanam (HSS) benih aren di masukan ke
dalam gelas erlemeyer maka volume air berkurang menjadi 110 ml. Jadi
perselisihannya adalah 40 ml. Perselisihan ini karena benih aren yang di
perlakuan fisik secara skarifikasi benih, menggunakan amplas mengenai titik
embrio sehingga benih aren tersebut membusuk di persemaian akibat terserang
oleh cendawan, dan benih aren berlubang, maka benih menyerap air, sehinnga
berkurangnya volume air menjadi 110 ml.
4.5. Panjang Exis Embrio (cm)
Jadi
setelah di lakukan persemaian selama 24 hari setelah tanam ( HSS) maka panjang exis
embrio pada benih aren yang telah di lakukan perlakuan fisik adalah 1 cm
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan
dari praktikum ini adalah :
1.
Kecepatan
perkecambahan rata-rata benih biji aren yang telah di lakukan perlakuan fisik
yaitu dengan skarifikasi benih adalah 23 hari
2.
Maka
dapat di peroleh indeks vigor pada benih aren yaitu 23
3.
Presentase
kecembahnya pada benih aren adalah 3,3 %
4.
Volume
awal adalah 150 ml dan selama 24 hari setelah semai (HSS) maka volume air berkurang menjadi 110 ml,
Perselisihan ini karena benih aren yang di perlakuan fisik secara skarifikasi
benih, menggunakan amplas mengenai titik embrio sehingga benih aren tersebut
membusuk di persemaian akibat terserang oleh cendawan, dan benih aren
berlubang, maka benih menyerap air, jadi perselisihannya adalah 110 ml
5.
panjang
exis embrio pada benih aren yang telah dilakukan perlakuan fisik yaitu : 1 cm
5.2. Saran
Sebaiknya dalam pengamplasan kulit
biji aren jagan sampai mengeni embrio karena embrio dapat busuk di serang
cendawan di media semai. Sehingga di harapkan kedepannya tidak mengalami kegagalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar